Dan hingga pun cintaku bersemi lagi
di antara mawar yang telah menghitam karenamu ...
rasa itu mendaki ke puncak tertinggi himalaya
membelai mesra ranting ranting yang paling lembut
bergetar dalam cahaya mentari yang menari
menghunjam ke akar akar yang tertancap di bumi
Kan kusingkirkan gunung salju menghadang,
tak peduli terjal kian panjang dan kelam
aku tertatih, ah sayang sekali langkahku terhenti
Menguncang guncang dalam cegkraman malam
laksana ikatan yang membelit pada guratan diri
hingga menebah aku menjadi kelu
dan mengetam pori menjadi beku
Lepaskan lah, jangan hirau parau
ku dendangkan di tengah malam ..
rasa itu menggosok nggosok malamku menjadi terang
hingga fajar terlelap di sapa embun
silau ku terawang, ku hanya mau bias bulan temani sayup laguku
Telah aku tunaikan pada sang cinta
hingga rahasianya menjadi katub hatiku
tak bertunas jua wahai Biru ...
dalam pemahaman menjadi sekeping kehidupan
memasuki dunia tanpa musim tempat ku dapat tertawa
Dimana keping lain kau simpan, biar kutautkan pada hakekat semestinya
disini pun tiada sendu mengharu biru,
cinta tak memberi apa apa keclai dirinya sendiri
tak memgambil apapun kecuali dirinya sendiri
cinta tiada memiliki
pun tiada di miliki'
Sulit kupahami gerangan arti sesungguhnya
karena cinta cukup untuk cinta
dan nyatanya kita jatuh lagi dalam kata cinta
cinta tidak ingin memnginginkan yang lain
kecuali memenuhi dirinya sendiri
hanya sedikit dalam khayal, terhempas lalu mati bersama mimpi
Terlukai akibat pemahaman sendiri tentang cinta
terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan
mungkin, tapi entahlah pula ....
mensyukuri haru penuh cahaya kasih
Malam pun selalu datang bangunkan resah
kian mendera lara
pun tak ingin terluka tapi apa daya
Pandangi aku jiwaku
bersemayam megah di singgasana
meringkuk dalam bejana cinta
tak terlihat mahkotanya, dimanakah berada?
di antara mawar yang telah menghitam karenamu ...
rasa itu mendaki ke puncak tertinggi himalaya
membelai mesra ranting ranting yang paling lembut
bergetar dalam cahaya mentari yang menari
menghunjam ke akar akar yang tertancap di bumi
Kan kusingkirkan gunung salju menghadang,
tak peduli terjal kian panjang dan kelam
aku tertatih, ah sayang sekali langkahku terhenti
Menguncang guncang dalam cegkraman malam
laksana ikatan yang membelit pada guratan diri
hingga menebah aku menjadi kelu
dan mengetam pori menjadi beku
Lepaskan lah, jangan hirau parau
ku dendangkan di tengah malam ..
rasa itu menggosok nggosok malamku menjadi terang
hingga fajar terlelap di sapa embun
silau ku terawang, ku hanya mau bias bulan temani sayup laguku
Telah aku tunaikan pada sang cinta
hingga rahasianya menjadi katub hatiku
tak bertunas jua wahai Biru ...
dalam pemahaman menjadi sekeping kehidupan
memasuki dunia tanpa musim tempat ku dapat tertawa
Dimana keping lain kau simpan, biar kutautkan pada hakekat semestinya
disini pun tiada sendu mengharu biru,
cinta tak memberi apa apa keclai dirinya sendiri
tak memgambil apapun kecuali dirinya sendiri
cinta tiada memiliki
pun tiada di miliki'
Sulit kupahami gerangan arti sesungguhnya
karena cinta cukup untuk cinta
dan nyatanya kita jatuh lagi dalam kata cinta
cinta tidak ingin memnginginkan yang lain
kecuali memenuhi dirinya sendiri
hanya sedikit dalam khayal, terhempas lalu mati bersama mimpi
Terlukai akibat pemahaman sendiri tentang cinta
terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan
mungkin, tapi entahlah pula ....
mensyukuri haru penuh cahaya kasih
Malam pun selalu datang bangunkan resah
kian mendera lara
pun tak ingin terluka tapi apa daya
Pandangi aku jiwaku
bersemayam megah di singgasana
meringkuk dalam bejana cinta
tak terlihat mahkotanya, dimanakah berada?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar