
Peri biru yang bertabur bintang dan bersayap pelangi malam ini tak turun kebumi hanya cahayanya saja yang terlihat di cakrawala sementara jiwaku masih menunggu dengan syair syair kesejukan yang aku tembangkan dari qolbuku mengalir deras laksana gemericik pancuran air yang datang dari langit hingga hamparan rumputpun tersenyum senang, menari dengan sekumpulan embun yang mulai datang bersama angin yang setia menemani

Aku masih duduk di hamparan karang menyanyikan seruling jiwa akan kerinduan pada peri biru yang tak mau datang menemaniku malam ini hanya debur ombak yang yang setia menyapa bersama nyanyian angin yang kidungkan rasa pada sekumpulan nyiur yang melambai lambai pada sekelompok camar yang berpesta untuk bertandang menyaksikan rembulan yang sedang bercumbu mesra dengan malam

Syair syair terus bergema menebarkan bait bait kerinduan yang tak habis pada peri cantik biru yang terang benderang terbawa angin berjalan lembut menyusuri lembah menyapa pada kekokohan gunung yang terpaku, mengecup pada hamparan hutan yang hijau, menyelam pada kedlaman laut yang luas terus melayang di hamparan awan yang biru, di manakah peri biruku?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar