Senin, 14 Februari 2011

JIWAKU

Jiwaku melayang pada beranda maya dalam sinar yang redup mencari di kesejukan kata, menerka di indah makna
apa yang tergurat apa yang terasa, pada cadar yang tertutup kabut
tak ingin tersingkap pada rasa yang menyergap, pada segelas madu yang jatuh bercecer.



Add caption


jiwaku masih bersandar pada awan yang aku pijak



Awan yang aku pijak tak mampu menahan jiwaku yang masih saja terus ingin bertanya pada sang rembulan yang hanya duduk termenung pada pikiranya yang hampa,jiwaku terselubung pada aura yang mengeja kata yang tertulis di hamparan pasir yang hilang terhapus gelombang, jiwaku hanya bisa melintas dalam pikir yang tak berjendela, berkutat pada angka yang kosong.





Jiwaku masih saja ingin berjalan pada kaki kaki gelombang yang datang, terus saja berkutat pada buih buih ombak yang menerpa raga, ingin ku selami samudera yang dalam hingga jiwaku mengerti akan derasnya sayap sayap kabut yang menikam rasa, menghujam di detaknya angin.



Hamparan selimut malam yang menguliti jiwaku selalu saja menggoda akan rasa yang terus saja ada tak berhenti mengalir seperti embun yang basahi rumput yang hijau, jiwaku tak bergeming akan malam yang menetas sepi akan rindu yang berjalan kaki, jiwaku selalu akan mencari pada indah kabut
yang susuri gunung







Masih saja belum ku temui pada bayang yang jelas ada terpancar pada sinar pelangi yang naungi senja, tergambar oleh rembulan yang sinari kabut, jiwaku luruh terbawa angin yang hembuskan malam, hingga hanya denyut denyut yang tak berirama yang menemani sepi, jiwa menyelam di keheningan


jiwaku harus menghilang,.................menemui langit yang belum terdaki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar