Sabtu, 05 Februari 2011

KAPALKU YANG BIRU

Kapal yang aku kemudikan menerjang pekatnya siang akan serpihan serpihan perak yang menghalangi penglihatanku, sementara pulau belum tampak terlihat, aku masih menunggu apakah badai juga mau datang dengan senyum manisnya yang menyelusup di lubang lubang ventilasi kapalku,akupun hanya bisa tersenyum bercanda dengan buih buih laut yang aku pijak


Kapalku masih terdampar pada ombak yang saling bersahutan berkejar di derasnya serpih serpih perak yang datang saling berjejal aku tengadakan wajahku pada ufuk yang ku catat, aku halau dengan ke dua tanganku untuk mengayuh angin yang juga ikut bermain dengan senyum manisnya yang menghujam sendi sendiku


Syair syair lirik air dari langit masih saja temani aku dalam nyanyian senja yang mulai redup,sedang kapalku masih saja tak bergerak di tabuh nyanyian ombak yang masih saja berceloteh pada sang karang, aku hanya dudk diam di tepi buritan dgn lafadz yang tak henti akan untaian dzikir yang tak habis teruntai, hingga selubung biru hangati ragaku


Gema sayup lantunan syair suci telah terdengar terbawa angin jingga yang datang bersama sang camar melewati kapalku yang sedang bersandar tak diam juga tak oleng,akupun memgucap syukur akan keindahan kalimat yang sungguh menggetarkan dada dan menggerakan raga, ku ambil air laut yang kini telah bersahabat untuk membasuh ragaku hingga bersih, untuk berucap kasih denganNya sang Maha Penyayang


Kapalku kini tersenyum terbawa buaian ombak yang membawanya menepi kepada indahnya pulau biru yang damai, akan syair syair yang di bacakan para penghuninya hingga aku terlelap dalam irama syahdu yang memberi kesegaran wangi kesturi membalut rindu pada sang kekasih

Pulau biru yang aku tinggali makin terang benderang akan sajian malam yang penuh bintang akan kecupan para dewa kepada rembulan yang menaburkan buih buih kerinduan pada pelangi yang menetaskan warna warna surgawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar